Sabtu, 02 April 2022

Coretan Gus Muda Tentang Acara Apel Kebangsaan 3 Ormas Islam (Rifa'iyah, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah)



Mbah Rifa'i, sama halnya Mbah Hasyim dan Mbah Dahlan, merupakan pejuang bangsa dan agama. Bara dan api perjuangan yang pernah dihidupkan ketiga tokoh tersebut tak boleh padam. Dalam hal ini, peran pemuda sebagai tangga estafet perjuangan sangat berpengaruh bagi maju-mundurnya bangsa dan agama.

Selain untuk saling mengenal satu sama lain (li ta'aarofu), mengenang dan menelusuri jejak ketiga tokoh tersebut merupakan langkah awal untuk menjaga persatuan, kerukunan dan kedamaian di zaman yang penuh perpecahan seperti sekarang ini.
Berkarya, bersuara dan berdoa ialah metode yang diajarkan Nabi dalam berdakwah untuk menandingi kemungkaran. Dan, acara ini (Mengenang Tiga Tokoh Bangsa) merangkum dan meliputi ketiga metode dakwah atau syiar yang diajarkan Nabi.
Selamat dan sukses untuk acara Kirab dan Apel Kebangsaan 3 Ormas Islam (Rifa'iyah, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah)
Yang muda, yang berkarya!!!
Gus Yahdi Muzarie

PENGANTAR MAULID AKBAR & DO'A BERSAMA MENGENANG 3 TOKOH BANGSA

PENGANTAR MAULID AKBAR & DO'A BERSAMA MENGENANG 3 TOKOH BANGSA

Untuk memudahkan memahami varian pemikiran dan gerakan Islam, bisa kita upamakan Islam sebagaimana pohong. Pohong merupakan bahan baku untuk diolah oleh manusia menjadi kripik, tape, getuk, rondo kemul, tepung, dll. Sebagaimana juga Islam diijtihadi oleh para ulama hingga menjadi paham dan gerakan, gerakan memadat menjadi ormas yang berbeda-beda. Islam diupamakan sebagai pohong sedangkan ormas diupamakan sebagai getuk, kriping, tape, peyem, tape, dll.

Kita harus bersama dan bersatu karena bagaimanapun macam-macamnya getuk, kripik, tape, mereka tetap dari bahan yang sama dan satu. Macam-macamnya paham, gerakan, ormas dalam Islam merupakan ijtihad untuk menjadikan Islam sebagai gerakan perjuangan yang khas berdasarkan latar belakang dan karakter pelopor dan pejuangnya. Macam-macamnya gerakan akan menjadi rahmat kalau disadari mereka berbeda dari sumber yang sama.
Lahirnya Rifa’iyah sebagai gerakan keagamaan yang dipimpin oleh KH. Ahmad RIfa’I tidak bisa dilepaskan dari situasi zamannya. Hindia Belanda pada waktu itu 1830 memaksa rakyat agar menanam tanaman berdasarkan selera pemerintah colonial Belanda atau biasa dikenal sebagai Politik Tanam Paksa (cultuurstelsel). Pemerintah kolonial Belanda setelah mengalami kebangkrutan karena perang Jawa, melawan Pangeran Diponegoro dan laskarnya. Akhirnya pada kebijakan politiknya memaksa rakyat Jawa untuk menanam tanaman kopi, tebu, the, pala, dll.
Kita akan melihat gamblang di kitab-kitab Syaikh Ahmad Rifa’I selalu menanamkan jiwa perlawanan terhadap kedzaliman Belanda tersebut. Misalnya kita bisa mengutip salah satu syair dalam kitab Syarikhul Iman, “mukmin bungkuk kekasab nandur ketela, iku luwih becik tinimbang bungkuk sebo ing won gala” (seorang mukmin yang bungkuk badannya sedang ia kerjaannya menanam ketela, secara martabat lebih mulia dibandingkan dengan orang bungkuk menghormat kepada orang durhaka)
Perlawanan-perlawanan KH. Ahmad Rifa’I dicaunter oleh pemerintah Hindia Belanda melalui pembunuhan karakter, melalui karya Hoax Serat Cebolek. Menurut Sejarawan NU Agus Sunyoto mengatakan bahwa Pemerintah Hindia Belanda membunuh karakter tokoh-tokoh pergerakan Islam dengan meyuruh orang pribumi untuk menuliskan satu serat yang sifatnya mengada-ada, yang isi serat itu hampir seluruhnya fitnah, dan kebohongan.
Tidak sebagaimana sejarah NU yang masih punya tali penghubung perjuangan dengan pesantren Tebuireng yang didirikan oleh KH. Hasyim Asyari yang juga pelopor Gerakan Nahdlotul Ulama. KH. Ahmad Rifa’I diasingkan dan pesantrennya dibubarkan, sehingga pada generasi murid pertama dan kedua mereka diaspora di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Barat. Dibangunlah pesantren-pesantren sebagai pusat konsentrasi pergerakan yang tidak memusat di Pesantren Kalisalak lagi.
Kalau kita melihat tali hubungan diantara tiga tokoh KH. Ahmad RIfa’I, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari, mereka terhubung pada KH. Kholil Bangkalan Madura. KH. Ahmad RIfa’I tercatat sebagai teman seperjuangan Kiai Kholil sejak di Kharamain. Sedangkan KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hayim Asyari mereka berdua merupakan santrinya Mbah Kholil.
KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai wahana perjuangannya dalam berbagai macam bidang: Kesehatan, Pendidikan, Sosial, Keagamaan, ekonomi. Bahkan sampai sekarang sayap perjuangan itu terus melebar. Sedangkan NU juga berkhidmat dalam pendidikan, keagamaan, khususnya yang has dalam NU adalah Pondok Pesantren.
Ahsa